twitter

Comicus24 (pencarian nama)

-hRu-
Maret'2011



Ini adalah kisah lahirnya nama Comicus24 di alam semesta. Dahulu kala di sebuah desa terdapat sebuah rumah sederhana bercat kuning. Di rumah itu tinggallah seorang bapak, seorang ibu, seorang kakak perempuan, dan seorang adik laki-laki.
"auuuuuuuuw....."
Di antara lolongan serigala yang hendak kawin, yang menyeruak di malam yang cerah dengan cahaya bulan. Aku, anak laki-laki penghuni rumah bercat kuning....
"Stop.. stop...!! Heru, pliss deh.. koq ceritanya jadi kaya dongeng gitu sih, pake dahulu kala segala?" ujar salah satu pembaca.
"Hahah... maklum baru rampung baca dongeng pratidur," jawab pemuda kurus ini.
"Ikh, dasar..."
"Tak lanjut yoo... selamat membaca!"

Rabu malam, seperti biasa, aku duduk manis .. ^_^ .. di depan TV, niatnya hendak menonton acara Dua Dunia. Baru niatnya lhoo...

Masih duduk manis, aku baru ingat sesuatu yang aku lupakan. Ya, PR dari orang yang amat sangat tidak penting ..peace v--.. Meidi Pramudia, ketua mahasiswa kelas kami, yang nantinya menjadi presiden Comicus24. Dipikir-pikir wajahnya juga mendukung menjadi presiden Comicus24, secara dia muka komik.
"Heft, koq jadi bahas dia ya? Yaudah, balik lagi ke lap...?"

Hening.

"Jawab donk.. jawab sih.. ayo donk.. ayo sih.."
"TOP!! LANJUT!!!" jawab salah satu pembaca dengan muka rajungan rebus.
"Hehe..."

PR dari Sang KM yang gelap ialah membuat paling sedikit satu nama yang nantinya dipakai selama 3 - 3,5 tahun ke depan sebagai nama kelas kami. Aku amat sangat lupa tadi, hingga belum satu pun ku rancang calon nama kelasku.

Detik demi detik beralun, beranjak, berlari meninggalkan pukul 22:57, belum satu nama pun terjerat di jaring-jaring otakku. Putus asa kah? Oowh.. tidak bisa...

Aku melanjutkan beberapa rangkai huruf, ku susun, ku timang dalam sunyi, suara TV pun kini tak terdengar lagi. Aku telah berimigrasi ke kamar, gelap, sendiri. Niatan menonton acara horor tersingkirkan dari benakku, terganti kata-kata Universitas, Unswagati, matematika, kelas 1C, aneh, curiga, manis, lucu (itu aku), pintar, cenat-cenut, dan masih banyak lagi kata yang bertebaran saat itu. Dalam bekapan malam, dinding-dinding berbisik, cermin-cermin bernyanyi, langit-langit bersorak, mereka semua mendukungku yang masih memutar otak meski mata berusaha terpejam. GeeR..

Dan.. TARRAAA!!! Aku dapat dua kata! \(^.^)/
Mau tahu? Kasih tahu gak yaa? (--.")
Karena aku baik, jadi aku kasih tahu ajah deh.
Kata pertama, COMIC, Community Mathematic C. Kata kedua, Mac-U, Mathematic C Unswagati. Bahagia tak terkira, walau hanya dua kata yang berhasil ku rangkai. Tapi percayalah kawan, nama ciptaanku kelak kan jadi pemenang (kedua tangan mengepal, tanda bersemangat). Ku tulis nama itu dalam handphone Sony Ericssonku, lalu ku lihat jam yang tertera, tepat pukul 00:05! wedew.. -___- Saatnya tidur... Gubrrraak... zzZ..zzZ...

******************


"Ruu... bangun," terdengar suara lembut dari balik pintu. Tak ada jawaban.
"Heru!" suara naik 1 oktaf.
"Iya, saya!" kini ada jawaban, tapi hanya dalam mimpi. Hee..

Kini bukan lagi suara, tapi tepukan mendarat di bahu pemuda yang tidur layaknya orang pingsan ini. Berhasil. Tepukan ibu setengah baya itu bagaikan tepukan Sang Master Hiptonis, Romy Rafael, tepukannya berhasil menyadarkan menyadarkan manusia pemalas ini.

Pukul 05:09, aku terperanjat, bangun, lalu pergi mengambil wudhu, sholat, lalu tidur lagi.
"(bletaaakk!!) Dasar pemalas!!" bentak pembaca sambil menjitak.
"Hehe..." ujar aku sambil tersenyum pahit.

Ku amati kata COMIC dan Mac-U-ku, tersenyum menatap mereka penuh cinta. Imaji-imaji terpancar dari sudut tiap lekuk tubuh mereka. Jingga pagi temani kisah cintaku bersama mereka, kisah cinta segitiga.
"Cinta segitiga oh indahnya.. Cinta segitiga buatku melayang.. Walau segitiga akan slalu ku kenang tuk slama-lamanya..." terdengar suara tokoh imaji seorang jenius, Ikin Sodikin, yang membawakannya dengan nada lagu Cinta Satu Malam.
"Ahaa!! Aku punya ide baru!!"
Pukul 05:37, COMIC dan Mac-U bermetamorf. COMIC bermetamorf menjadi Comicus24, yang mempunyai kepanjangan Community Mathematic C Unswagati, dan 24-nya ialah jumlah penghuni kelas yang mau tak mau harus bertahan dengan semua kegilaan penghuni lainnya. Sedangkan Mac-U bermetamorf menjadi Mic-U, kepanjangannya masih sama dengan yang semalam, hanya saja "a" change player dengan "i".

Sekitar pukul 10 siang, aku tak tahu tepatnya. Sahabatku, Nur Muchamad, mengirimkan SMS padaku.

fkip C-Nur 3 : a... de pake kemeja dari a hari ini. ^_^
1CM.Heru C. : oyah? udah berangkat?
fkip C-Nur 3 : iya. blum, masih di luar.
1CM.Heru C. : maksudnyeu?
fkip C-Nur 3 : masih jalan"...
1CM.Heru C. : ohoh... ^_^
fkip C-Nur 3 : Yep! ^_^

(Isi karakter SMS ini banyak terselip rekasaya, itu dikarenakan aku lupa tidak men-save SMSnya, tidak ada plan untuk ini. T.T)

Aku pun segera bergegas menyiapkan kemeja yang sama dengan Nur, kemeja kado ulangtahunku untuknya, hanya gradasi warnanya saja yang membedakan. Tidak menyita banyak waktu, kini aku sudah siap dengan kostumku menuju kampus Unswagati kami yang tersayang. (¬_¬")

Setelah mata kuliah Fisika Dasar II yang dibawakan Bapak Hadi Pramono, Drs. yang menurut Widyana Shelviera beserta genk adalah mata kuliah yang menegangkan.
"Termasuk kamu juga gak, Ru?"
"Hemmm... begitulah," jawabku sambil mengadukan kedua jari telunjuk, layaknya anak kecil yang imut.

Bos item, yang biasa ku panggil "um", KM kami. Ia mengawali diskusi tentang nama kelas. Tentunya setelah diingatkan oleh Dady Rukmana, yang memiliki sidejob sebagai operator warnet depan jalan menuju Buntet Pesantren, sekolah tempat Iis Ismail mengunduh ilmu semasa SMA.

Para calon nama kelas berderet-deret masuk, layaknya hendak mengantri BLT di kantor pos. Satu, dua, tiga, empat, sampai tiga puluh dua nama telah terabsen di papan putih yang bertengger di hadapan kami. Lian Yustriatin, juru tulis kelas kami mengurutkan nama Comicus24 pada urutan 1, Mic-U pada urutan 2, disusul C-Clon ciptaan Mail pada urutan 3, urutan 4 dan seterusnya ialah ACC, C3, VOC_C, Hc, Cup cake, coconut. Nama itu tidak berurutan dan tidak lengkap, kawan. Lagi-lagi itu dikarenakan aku tidak hafal semuanya dan tidak mencatatnya.

Layaknya ajang pencarian bakak di stasiun TV, proses pengeliminasian berlaku disini. Satu persatu nama berguguran, terserap ke dalam hitamnya kain penhapus berplastik biru itu. 5 nama tersisa, Comicus24, Mic-U, C-Clon, ACC, Delta Hc.

Wajah Yopi Rudianto memerah, entah sedih atau marah, ketika nama Hc gugur dalam medan perang. Posisi urutan 25, nomor yang bersesuaian dengan tanggal lahirnya, harus tereliminasi. Tidak bisa ia yakinkan semua manusia yang menyesaki ruang 1.01 saat itu dengan argumennya untuk tidak menghapus hasil pikirannya. Musnah.

ACC, Asosiasi Class C, ciptaan Musyarofah, mengikuti jejak para pendahulunya, terhapus, gugur. Tapi saking mempesonanya nama ACC, walau telah terhapus dari papan yang masih pasrah tergantung di depan kami. Nama itu masih saja menjadi pilihan seorang Lulu Kamilah, ia bersikukuh meyakinkan sang KM. Tapi semua sia-sia.

Tiga kandidat kini terpampang sombong di depan kami, terbahak jahat pada pesaingnya yang telah gugur. Kamis, pukul 15:46, Maret hari ke-17 di tahun 2011, terpilihlah satu nama dalam perhelatan sengit papan putih 1.01. Comicus24 kini resmi menjadi nama kelas kami, para mahasiswa-mahasiswi aneh, lucu, pintar, konyol, hitam, putih, gemuk, kurus, bantet, tinggi, pendek, daann... emm.. apalagi yaa? Sepertinya masih banyak yang mungkin tidak bisa disebutkan deh. Hahah... :p

"Ya, silakan pulang!" ujar Meidi.
"Yang bener sih, Mei...?" tanya semuanya hampir berestafet.
"Mei, yang bener? Mau pulang nih, mau nonton film Korea," tanya Ghia Mugia Wilujeng yang didukung cs-nya, Nina Ariani Juarna.
"Bener. Ibunya gak bakal masuk, sayanya lagi nungguin laptop, jadi belum pulang, " jawab Meidi meyakinkan, yang berdiri menunggu laptopnya yang disita Yopi untuk mendownload OST. Initial D. Gratiss.
Gerombol pergerombol anak manusia yang tadi menyesaki ruang 1.01 mulai menghilang, meninggalkan bangku yang tak tersusun rapi, goresan tinta di papan putih, kilau keramik yang mulai kusam bersama kampus biru yang mulai sunyi.

Aku tersenyum simpul, sedikit bahagia dalam pengapnya elf hijau yang serta merta membawaku masuk ke alam imajiku. Menulis rentetan kata yang bermain disekitar halaman imaji, berkisah tentang Comicus24, kisah yang kini habis kalian baca, kawan.

Mutiara 5

Kadang tak peduli betapa sedihnya dirimu,
Selalu ada seseorang yang membuatmu tersenyum,
Bahkan jika dia adalah alasan kamu bersedih. (21)

Setiap malam kita tidur tanpa kepastian akan terbangun kembali
tetapi kita tetap memasang alarm untuk membangunkan kita.
Itu namanya HARAPAN. (22)

Seorang dapat tertawa dalam wajahnya.
Tapi coba mengertilah.
Apa dia juga tertawa dalam hatinya? (23)

Orang yang menyayangimu adalah orang yang mampu menjadikan hatinya indah dengan kehadiranmu.
Walaupun kamu kadang tidak peduli terhadapnya. (24)

Jika kamu cokelat - kamu terMANIS.
Jika kamu bintang - kamu terTERANG.
Tetapi karena kamu teman saya - Kamu terBAIK. (25)


(C'Ujang Berulah [Lagi] episode 26-30)

Mutiara 4

FAMILY adalah kata terbaik untuk digunakan karena F.A.M.I.L.Y adalah kependekan dari Father And Mother I Love You. (16)


Berhati-hatilah terhadap perkataan dan perbuatanmu.
Jika salah diucapkan dan diperbuat, itu hanya bisa dimaafkan tetapi susah untuk dilupakan. (17)


Katakanlah pada orang yang kamu sayang:
"Aku akan memberikan 9 bunga mawar, 8 asli dan 1 palsu, aku akan menyayangi kamu sampai bunga mawar terakhir itu mati." (18)


Langkah-langkah membuat hidup lebih indah
1. Bertemu kamu
2. Dekat denganmu
3. Menyayangimu
Dan sisanya masa depanku denganmu. (19)


Ketika mendapatkan smsmu ku tersenyum
Ketika membaca smsmu ku tersenyum
ketika ku tidak dapat smsmu, kulihat kembali sms lamamu, ku tersenyum. (20)



(C'Ujang Berulah [Lagi] episode 26-30)

Kisah Lalu

-hRu-
Maret'2011





Sajak, memang indah
Kelembutannya, membuaikan nyawa anak adam 
Meronakan pipi 
Melengkungkan bibir 
Mengalirkan airmata 
Memercikkan amarah 
Sajak, lembut namun menyayat



Haziq, pagi ini ia terduduk di depan ruang kuliah di lantai 3. Ia sedang menulis sebuah catatan tentang dirinya dan sahabatnya, sahabat yang baru beberapa bulan ia kenal. Kata-kata berderak mengikuti alunan jemari kurusnya, bagaikan sang maestro memimpin simfoni, mengisahkan hari yang tak mungkin terulang.

Mahasiswa Matematika FMIPA UNY ini teringat akan satu kisah yang sempat membuat ia down. Haziq mengingatnya kembali setelah ia membaca satu catatan sahabat satu kelasnya, Nadim, yang menceritakan kisah itu dalam bentuk lain.

Haziq membacanya sore kemarin, ketika ia bermalas-malasan di kamar bercat pink-nya itu, ketika samar-samar sinar jingga menggerayangi seisi kamar, keseharian Haziq yang tidak patut ditiru. Lalu secara tak sengaja ia membaca sebuah cerita pendek tentang dia, sontak Haziq terkejut dengan isi ceritanya. Ekspresi tertawa mengawali mimik mukanya, lalu diikuti sedu sedan, dan diakhiri amarah yang meluap sesaat setelah selesai membaca kalimat-kalimat yang telah tersusun amat sangat baik itu.

Di lantai 3, awal retaknya kisah antara Haziq dan Nadim, di waktu yang sama, pukul 9 pagi. Haziq berkawankan para gereja yang bersenda gurau, mengulang kembali kisah masa lampau dalam benaknya.



*******

Seperti biasa, Mifdhal Haziq Chalili pagi itu berjalan menuju Jalan Colombo, kampus tercintanya, UNY. Dengan raut wajah yang tak enak dipandang, semua orang pasti menyesal melihat mukanya pagi itu, Haziq menyusuri jalanan dengan sesekali memerhatikan aktivitas orang-orang yang ia lihat di tepi jalan. Langkah gontainya larut dalam remang pepohonan, berlindung dari mata sang logam terbang yang seakan hendak merudalinya secara tragis.

Memasuki mulut gerbang, Haziq disambut senyuman beberapa patung berupa simbol-simbol yang menurut pemikiran Haziq, mungkin itu simbol mistis kampusnya. Tak mau kalah, air mancur depan gedung Rektorat pun mengajaknya berdansa di hari yang cerah itu, namun Haziq tak menghiraukannya.

Pukul 8, Haziq tiba di ruang di lantai 3 yang berlantaikan keramik putih. Ia sendiri, tak ada satu orang pun pagi itu. Sesaat kemudian jemarinya telah lincah menggoreskan bolpoin pada kertas putihnya. Lengkung, lurus, titik-titik, membentuk sebuah gambar lucu. Haziq layaknya anak TK saat itu, gambar yang ia buat sama sekali jauh dari kata 'bagus'. Pada saat yang tak terduga, muncullah sosok yang mengagetkan Haziq. Sosok tinggi, kurus, berkulit gelap, dengan rambut seperti habis tersetrum ribuan volt, menyapanya yang sedang khusyuk menggambar.

"Hai, Mas Haz!" sapa pemuda dengan logat jawa yang kental, pemuda yang tak lain dan tak bukan ialah Nadim Mufazzal.

"Hai... eeu.. lg apa dek?" jawab Haziq dengan agak tergesa sambil tangannya cekatan merapikan lembaran gambarnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Gak lagi apa-apa, mas."

Obrolan ringan mereka begitu singkat, keduanya kini terdiam di kedudukan masing-masing. Namun, beberapa saat kemudian semua berubah, langit seolah mendung, waktu seakan memusuhi mereka, setelah Haziq mengirimkan pesan singkat kepada Nadim sebagai Azra dan mengakui bahwa Azra ialah ia sendiri.

Azra Auliya, sosok perempuan maya karya seorang pemuda yang memiliki tingkat imajinasi cukup gila. Ternyata sosok Azra-lah yang membuat sikap Haziq selama ini sedikit berubah, ia jadi lebih pemurung. Itu karena Haziq merasa bersalah dan tak tahu bagaimana mengakhirinya. Bagai berada di zona labirin, tak jelas dimana ujung menantinya.

Kini, Nadim pergi meninggalkan Haziq sendiri di lantai 3 itu dengan membawa kekecewaan. Haziq hanya terpaku memandang punggung pemuda bervest rajut itu melangkah menjauhinya perlahan.



Matahari telah bertahta di barat saat mereka menyelesaikan pelajaran di luar jadwal perkuliahan. Nadim mengajak Haziq menuju lantai 2, disanalah akhir kisah mereka hari itu, puncak keretakan persahabatan mereka.

Membisu, itu yang Haziq lakukan saat beribu kata bertubi-tubi menjejali telinganya, ribuan kata terlempar dari mulut Nadim yang meracau sedari tadi. Haziq mematung menerima rasa kebersalahannya saat Nadim menumpahkan segala kekesalannya. Lalu Nadim mengakhiri penghakimannya atas Haziq dengan senyum dan ajakan pulang bersama. Haziq masih saja terdiam, hanya sesekali ia tersenyum dan itu pun hampa. Berjalanlah dua mahasiswa kurus diantara angin yang mendayu menghias jingganya sore. Lenyap perlahan, ditelan derik ranting-ranting rapuh nan gugur.

*******



Haziq tak merasakan pipinya telah terusap airmata saat mengingat kembali kisah tadi. Dan ia tak merasa pula bahwa ia telah merampungkan catatannya yang sedikit kumal. Senyum kini menghampirinya, Haziq tersenyum sendiri tanpa berkawan lagi. Karena para gereja telah tak setia, meninggalkannya di ruang yang hanya terhuni bangku.

Perkuliahan hari ini segera dimulai, Haziq bergegas dengan gerak seribu langkahnya, layaknya flash, menuju ruang kuliah.

"Oh My God! Dosen udah masuk... mana wali dosen lagi." ujar Haziq melihat wali dosennya terpampang di depan kelas.
Beruntunglah belum lama ia terlambat, jadi ia masih bisa masuk kuliah.

Walau sudah lampau, tapi kini Haziq merasakan atmosfer yang sama seperti di hari kisah mereka dulu. Haziq segan untuk menyapa Nadim, ia hanya bisa memandang Nadim yang duduk di sisi kanan depannya yang tertawa kecil di sela-sela waktu. 



Senyummu, terlihat tapi tak terasa 
Hangatnya sahabat, seolah enggan berjumpa denganku 
Apa karena aku telah tak menepati janji? 

Sungguh, memang ku bersalah 
Banyak kawan disini, tapi ku merasa sendiri 
Banyak tawa disini, tapi tak ada yang menyusup ke ranah jiwaku

Mutiara 3

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300x tinggi tubuhnya.

Namun ketika ia dimasukan ke dalam kotak korek api selama 2 minggu,
hasilnya kutu itu hanya mampu melompat setinggi kotak korek api.
Kemampuan melompat 300x tiba-tiba hilang.

Itu karena dalam kotak ia mencoba melompat tinggi,
tapi ia terus terbentur dinding korek.
Lalu ia mulai ragu akan kemampuannya,
dan berpikir "Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini."

Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. (11)


Ada sedikit kebenaran di setiap
"Just Kidding"

Ada sedikit perasaan di setiap
"Saya tidak peduli"

Ada sedikit kesakitan di setiap
"Gak Apa2"

Benarkah?
Setuju atau tidak? (12)


Perselisihan sebenarnya ialah kesempatan untuk memperdekat hubungan dan bahkan memperdalam perasaan saling mengasihi. (13)


Terkadang ingatan dapat membingungkan.
Anda tertawa jika Anda mengingat ketika Anda menangis & membuat Anda menangis jika Anda mengingat ketika Anda tertawa. (14)


Kita dapat menutup mata jika tidak ingin melihat sesuatu, tetapi kita tidak bisa menutup hati kita jika tidak ingin merasakan sesuatu. (15)



(Opini Ipa 2 On Motivation 11 dan C'Ujang Berulah [Lagi] episode 21-25)

Kamu. Seperti dalam mimpiku kah?

Malam ini, Mr. Ngantukku hadir lebih awal.
Ku terlelap amat sangat cepat.
Walau senandung para katak menyesaki telingaku.
Tuhan meniupkan mimpi yang tak indah untukku.
Meresap melalui ubun-ubun.
Mengalir secepat aliran darah.
Merasuk dalam jiwaku.
Lalu mengaramkanku.

Di mimpiku.
Hadirlah kamu, kawan.
Tokoh antagonis kau pilih dalam drama mimpiku.

"Kenapa?"

Mungkin hanya Tuhan yang tahu.

Hatiku menolak drama yang tampil di theaternya.
Sang otak memerintahkan tuk tersadar padaku, keluar dari dunia mimpi.
Sontak mataku terbelalak.
Nafasku sedikit tersengal.

Hanya mimpi buruk.
Ya, itu tadi hanya mimpi buruk.
Mimpi buruk bersamamu, kawan.

Sesaat kemudian, ponselku berdering.
Pesan singkat ku terima seorang teman, menanyakan sesuatu hal yang tak penting sama sekali.
Mataku langsung tertuju pada penunjuk waktu.
Masih terlalu dini tuk bangun dari tidur malam.
Masih kurang dari pukul 12 malam, kawan.

Sejurus kemudian, ku balas pesan singkatnya.
Dan ku resend padamu, kawan.

Dia merespon pesan singkatku dengan bumbu senda gurau, seperti biasa.
Tapi kamu.
Kalimatmu mungkin gurauan bagimu, tapi tidak bagiku.
Katamu memang tak setajam samurai.
Katamu memang tak sekeras batu.
Namun katamu dapat melukaiku, kawan.

Mr. Ngantuk kini telah menjauh dariku.
Ia lelah menungguiku menulis di malam ini.
Aku berkawankan temaram lampu dalam kegelapan.
Masih menerka, "Apakah kamu seantagonis peranmu dalam mimpiku, kawan?"

Detik mengalun begitu lambat.
Mengiringi dendangan katak dalam histeria.
Gundah karenamu mulai luntur dihisap angin malam.
Temaram lampu mulai redup, seredup bola mataku yang tak indah.
Dan. . . selamat tidur, kawan.



23:59
08/03/11

Batu dan Seorang Pedagang

 Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya.

Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati batu itu. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.

Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.

Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman. Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu, Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta. Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada.

Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia.

Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputusasaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian ? Mengapa engkau mengecewakan aku ? Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh ? Mengapa engkau berkeluh kesah ? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu darimu ? Bukankah mutiara itu milikku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku ? Engkau telah ku pungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali.

Mengertikah apakah maksud cerita di atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah ALLAH. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah nikmat ALLAH bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima nikmat ? Nikmat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat nikmat itu ? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya ALLAH mengambil semuanya itu dari kita ? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau ? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah

Aku Ingin Hidup Seperti Televisi

Seorang guru dari sekolah dasar meminta murid2nya untuk membuat sebuah essay tentang apa yang ingin Tuhan lakukan untuk mereka. Pada hari akhir, saat menandai essay, dia membaca salah satu essay yang membuatnya sangat emosional. suaminya yang baru saja masuk, melihat istrinya menangs dan bertanya "apa yang terjadi ?"

dia menjawab "baca ini, salah satu essay dari muridku" .

oh tuhan malam ini aku memohon kepadaMu sesuatu yang sangat spesial, buatlah aku menjadi TV. aku ingin mengambil tempat dan hdup seperti TV dirumahku. mempunyai tempat yang istimewa dan ada keluarga yang selalu ada di sekelling AKU.

menjadi serius ketika aku Berbicara. aku ingin menjadi pusat perhatian dan didengarkan tanpa ada interupsi atau pertanyaan. aku ingin menerima perlakuan khusus yang sama seperti TV sekalipun itu rusak. menemani ayahku saat dia baru pulang kerja bahkan saat dia kelelahan. dan aku mau ibuku menginginkanku saat dia sedih dan bingung, bukannya malah mengabaikanku. dan aku ingin sodara2ku berjuang untuk bersamaku.

aku ingin merasakan keluargaku meninggalkan masalah, sekarang dan nanti hanya untuk menghabskan waktu bersamaku. and at last but not least, memastikan bahwa aku bisa membuat mereka semua senang dan ceria.

Tuhan aku tidak banyak memnta, aku hanya ingin hidup seperti TV'

Pada saat it suaminya berkata , "oh Tuhan, anak yang malang. Orang tuanya sangat mengecewakan!"

Istrinya menatapnya dan berkata , "essay ini adalah milik anak kita !!

Source : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4517285

At Tauhid edisi V/17

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin. Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran. Berikut adalah beberapa tinjauan syari’at Islam mengenai pacaran.

Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina


Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”

Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.

Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan

Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada laki–laki yang beriman : ”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24]: 30 )

Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman, “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24]: 31)

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”

Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan, ”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”

Lalu bagaimana jika kita tidak sengaja memandang lawan jenis?
Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)

Faedah dari menundukkan pandangan, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat An Nur ayat 30 (yang artinya) “yang demikian itu adalah lebih suci bagi merekayaitu dengan menundukkan pandangan akan lebih membersihkan hati dan lebih menjaga agama orang-orang yang beriman. Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Katsir –semoga Allah merahmati beliau- ketika menafsirkan ayat ini. –Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menundukkan pandangan sehingga hati dan agama kita selalu terjaga kesuciannya-

Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis

Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

Jabat Tangan dengan Lawan Jenis Termasuk yang Dilarang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

Jika kita melihat pada hadits di atas, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau mahrom- diistilahkan dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan yang haram karena berdasarkan kaedah ushul “apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain yang haram, maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram”. (Lihat Taysir Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i)

Meninjau Fenomena Pacaran
Setelah pemaparan kami di atas, jika kita meninjau fenomena pacaran saat ini pasti ada perbuatan-perbuatan yang dilarang di atas. Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi. Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. –Naudzu billahi min dzalik-. Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!
Mungkinkah ada pacaran Islami? Sungguh, pacaran yang dilakukan saat ini bahkan yang dilabeli dengan ’pacaran Islami’ tidak mungkin bisa terhindar dari larangan-larangan di atas. Renungkanlah hal ini!

Mustahil Ada Pacaran Islami

Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya, ”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya sebelum nikah, apa sempat berpacaran?”
Dengan diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu? Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami. Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman, pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.
Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si dai. Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing-masing. Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya tidak berwujud. Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan demikian. Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah. Istilah pacaran sudah kadong dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan-jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat. Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama halnya dengan memaksakan adanya istilah, meneggak minuman keras yang Islami. Mungkin, karena minuman keras itu di tenggak di dalam masjid. Atau zina yang Islami, judi yang Islami, dan sejenisnya. Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama perbuatan haram tersebut, jelas terlalu dipaksakan, dan sama sekali tidak bermanfaat.

Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah
Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)

Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnul Qayyim berkata, ”Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”

Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Allahumma inna nas’aluka ’ilman nafi’a wa rizqon thoyyiban wa ’amalan mutaqobbbalan. [Muhammad Abduh Tuasikal

Tidur Yang Baik

Tidur bagi kita merupakan saat yang sangat penting. Karena dalam tidur tersebut kita mengumpulkan tenaga untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, ketika tidur hati kita berada di antara jemari Allah. Oleh karenanya, hendaknya seorang muslim menjaga adab-adab dalam tidur dengan adab yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana adab-adabnya?

  • Tidak tidur terlalu malam setelah sholat isya kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk mengulang (muroja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu:
Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” [Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235)]
  • Menutup pintu, jendela dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari Jabir Radhiyallahu ‘anh diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Padamkan lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana makanan dan minuman.” (Muttafaq’alaih)
  • Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits:“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.”(HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)
  • Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu Umar:“Bahwasanya Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memakai celak dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau sholallahu ‘alaihi wassalam memakai celak pada kedua matanya sebanyak 3 kali goresan.” (HR. Ibnu Majah No. 3497)
  • Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, At-Tirmidzi No. 3401 dan Abu Dawud No. 5050)
Faedah hadits:
  1. Sunnahnya mengibaskan tempat tidur sebelum tidur
  2. Hendaknya mengibasinya 3 kali
  3. Membaca bismillah ketika mengibasinya
  4. Bagi orang yang bangun dari tempat tidurnya kemudian kembali lagi, maka dianjurkan untuk mengebutinya kembali
  • Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
  • Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur malam atau pun tidur siang. “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)
  • Membaca ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:
Membaca ayat kursi.
Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh.
Mengatupkan dua telapak tangan lalu ditiup dan dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas kemudian dengan dua telapak tangan mengusap dua bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan, hal ini diulangi sebanyak 3 kali(HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari XI/277 No. 4439, 5016 (cet. Daar Abi Hayan) Muslim No. 2192, Abu Dawud No. 3902, At-Tirmidzi)
  • Hendaknya mengakhiri berbagai doa dan dzikir dengan doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah, seperti:
باسمك ربيوضعت جنبي وبك أرفعه إن أ مسكت نفسي فا ر حمها و إ ن أ ر سلتها فاحفظها بما تحفظ به عبادك الصا لحين
“Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin.”
Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Al-Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, Abu Dawud No. 5050 dan At-Tirmidzi No. 3401)
Atau:
“Bismika Allahumma Ammuutu wa Ahya”
“Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.” (HR. Al Bukhari No. 6312, Abu Dawud 5409, Ibnu Majjah 3880)
  • Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur malam untuk mengucapkan doa:
لا إ له إ لاالله الواحدالقهاررب السماوات واﻷرض ومابينهماالعز يزالغفار
Laa ilaha illallahu waahidulqahhaaru rabbussamaawaati wal ardhi wa maa baynahumaa ‘aziizulghaffaru.”
Tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Alloh yang Maha Esa, Maha Perkasa, Rabb yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (HR. Al-Hakim I/540 disepakati dan dishohihkan oleh Imam adz-Dzahabi)
  • Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:
أعوذ بكلمات الله التامات من غضبه و شرعباده ومن همزات الشيا طين وأن يحضرون
A’udzu bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa ‘iqaabihi wa syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun.”
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud No. 3893, At-Tirmidzi No. 3528 dan lainnya)
  • Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada saudaranya sesama muslim dan membersihkan dada dari kemarahannya kepada manusia lainnya.
  • Hendaknya senantiasa menghisab (mengevaluasi) diri dan melihat (merenungkan) kembali amalan-amalan dan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.
  • Hendaknya segera bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon ampun kepada Alloh dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.
  • Anak laki-laki dan perempuan hendaknya dipisahkan tempat tidurnya setelah berumur 6 tahun. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi)
  • Tidak diperbolehkan tidur hanya dengan memakai selimut, tanpa memakai busana apa-apa. (HR. Muslim)
  • Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun kemudian meludah ke kiri tiga kali (diriwayatkan Muslim IV/1772), dan memohon perlindungan kepada Alloh dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali) (diriwayatkan Muslim IV/1772-1773). Hendaknya berpindah posisi tidurnya dari sisi sebelumnya. (diriwayatkan Muslim IV/1773). Atau bangun dan shalat bila mau. (diriwayatkan Muslim IV/1773).
  • Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut. (HR. Muslim)
Adab ketika bangun tidur:
  • Hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari tempat pembaringan, yaitu:
الحمد لله الذي أحيانابعدماأماتناوإليه النشور
Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilayhinnusyuur.”
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari No. 6312 dan Muslim No. 2711)
  • Disunnahkan mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan.
Maka bangunlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” [HR. Muslim No. 763 (182)]
  • Bersiwak.
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)
  • Beristinsyaq dan beristintsaar (menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung). “Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)
  • Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali.” (HR. Al-Bukhari No. 162 dan Muslim No.278)

At Tauhid edisi VI/50

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu Robbunaa wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.
Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai berbagai adab menuju masjid ketika menghadiri shalat jama’ah dan amalan apa saja yang dilakukan sebelum shalat. Semoga bermanfaat.

Tinggalkanlah Berbagai Aktivitas Ketika Datang Panggilan Shalat 
Dari Al Aswad, dia berkata bahwa dia menanyakan pada ‘Aisyah mengenai apa saja yang dilakukan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya? ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya, ketika ada panggilan shalat jama’ah, beliau bergegas pergi menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)

Bergegaslah Mendatangi Masjid dan Berusaha Untuk Datang Lebih Awal 
Kenapa demikian? Yaitu agar seseorang memperoleh shaf pertama dan agar mendapatkan pahala karena menunggu shalat.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya setiap orang tahu keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan berundi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah shaf pertama, sedangkan yang paling jelek bagi laki-laki adalah shaf terakhir. Sebaik-baik shaf bagi wanita adalah shaf terakhir, sedangkan yang paling jelek bagi wanita adalah shaf pertama.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang memasuki masjid, dia berarti dalam keadaan shalat selama dia menunggu shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Usahakan Berwudhu (Bersuci) di Rumah 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian dia berjalan menuju salah satu rumah Allah untuk menunaikan kewajiban yang Allah wajibkan, maka satu langkah kakinya akan  menghapuskan kesalahan dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)

Menuju Masjid dengan Berjalan Kaki 
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah.” (HR. Muslim no. 2382)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap langkah menuju tempat shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus kejelekan.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih)

Apakah perlu memperpendek langkah kaki?
Ada sebagian ulama yang menganjurkan bahwa setiap orang yang hendak ke masjid hendaknya memperpendek langkah kakinya. Akan tetapi, ini adalah anjuran yang bukan pada tempatnya dan tidak ada dalilnya sama sekali. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits hanya mengatakan ‘setiap langkah kaki menuju shalat’ dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan ‘hendaklah setiap orang memperpendek langkahnya.’ Seandainya perbuatan ini adalah perkara yang disyari’atkan, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menganjurkannya kepada kita. Yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah bukan memanjangkan atau memendekkan langkah, namun yang dimaksudkan adalah berjalan seperti kebiasaannya. (Lihat Syarh Al Arba’in An Nawawiyah, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin pada penjelasan hadits no. 26)

Haruslah Tenang, Tidak Perlu Tergesa-gesa Menuju Masjid 
Abu Qotadah mengatakan, “Tatkala kami menunaikan shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu terdengar suara beberapa orang yang tergesa-gesa. Kemudian setelah selesai shalat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ada apa dengan kalian tadi?” Orang-orang yang tadi tergesa-gesa pun menjawab, “Kami tadi tergesa-gesa untuk shalat.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, “Janganlah kalian lakukan seperti itu. Jika kalian mendatangi shalat, bersikap tenanglah. Jika kalian mendapati imam shalat, maka ikutilah. Sedangkan apa yang luput dari kalian, sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian mendengar adzan, berjalanlah menuju shalat, bersikap tenang dan khusyu’lah, janganlah tergesa-gesa. Jika kalian mendapati imam shalat, maka shalatlah. Sedangkan apa yang luput dari kalian, sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bacalah Dzikir Ketika Berjalan Ke Masjid dan Ketika Masuk Masjid 
Ketika keluar rumah, hendaklah setiap muslim membaca do’a: Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya).
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang keluar dari rumah, lalu dia mengucapkan “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan, dijaga, dan setan pun akan menyingkir darinya”. Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kemudian ketika perjalanan menuju masjid, hendaklah membaca do’a: “Allahummaj’al fii qolbiy nuuron wa fii lisaaniy nuuron waj’al fi sam’iy nuuron waj’al fii bashoriy nuuron waj’al min kholfiy nuuron wa min amamaamiy nuuron, waj’al min fawqiy nuuron wa min tahtii nuuron. Allahumma a’thiniy nuuron. [Ya Allah, berikanlah cahaya di hatiku, pendengaranku, penglihatanku, di belakangku, di hadapanku, di atasku dan di bawahku. Ya Allah berikanlah aku cahaya]” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika masuk masjid, ucapkanlah do’a: Allahummaftah lii abwaaba rohmatik (Ya Allah, bukakanlah padaku pintu rahmat-Mu).
Dari Abu Usaid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, ucapkanlah: Allahummaftah lii abwaaba rohmatik (Ya Allah, bukakanlah padaku pintu rahmat-Mu). Dan jika keluar dari masjid, ucapkanlah: Allahummaftah lii abwaaba min fadhlik (Ya Allah, bukakanlah padaku pintu kemuliaan-Mu).” (HR. Muslim)

Janganlah Menyela-nyela Jari-Jemari 
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berwudhu di rumahnya, kemudian mendatangi masjid, maka dia sudah teranggap berada dalam shalat sampai dia kembali. Oleh karena itu janganlah lakukan seperti ini: Menyela-nyela jari-jemari.” (HR. Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kerjakanlah Shalat Tahiyyatul Masjid, Jangan Langsung Duduk 
Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian memasuki masjid, maka janganlah dia duduk sampai dia mengerjakan shalat sunnah dua raka’at (shalat sunnah tahiyatul masjid).” (HR. Bukhari)

Janganlah Mengerjakan Shalat Sunnah Ketika Iqomah 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila dikumandangkan iqomah, maka tidak ada shalat lagi selain shalat wajib.” (HR. Muslim)

Jangan Keluar dari Masjid Setelah Adzan 
Abdurrahman bin Harmalah mengatakan, ”Seorang laki-laki datang menemui Sa’id bin Al Musayyib untuk menitipkan sesuatu karena mau berangkat haji dan umroh. Lalu Sa’id mengatakan kepadanya, ”Janganlah pergi, hendaklah kamu shalat terlebih dahulu karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah keluar dari masjid setelah adzan kecuali orang munafik atau orang yang ada keperluan dan ingin kembali lagi ke masjid.
Lalu orang ini mengatakan, ”(Tetapi) teman-temanku sedang menunggu di Al Harroh.” Lalu dia keluar (dari masjid). Belum lagi Sa’id menyayangkan kepergiannya, tiba-tiba dikabarkan orang ini telah jatuh dari kendaraanya sehingga pahanya patah.”
Hadits ini terdapat dalam Sunan Ad Darimi pada Bab ‘Disegerakannya hukuman di dunia bagi orang yang meremehkan perkataan Nabi dan tidak mengagungkannya’. Husain Salim Asad mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.

Jangan Berdiri Ketika Iqomah Sampai Imam Berdiri 
Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika iqomah sudah dikumandangkan, maka janganlah kalian berdiri sampai kalian melihatku berdiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. [Muhammad Abduh Tuasikal]

Sufi, Benarkah Itu Ajaran Nabi?

Bismillah

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi akhir zaman dan da’i yang menyeru kepada jalan Allah dengan ilmu dan keterangan.

Saudara-saudaraku sekalian -semoga Allah menumbuhkan kecintaan yang dalam di dalam hati kita kepada al-Qur’an, as-Sunnah dan para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum- sebagaimana kita sadari bersama bahwa agama Islam adalah ajaran yang sempurna. Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang tidak paham dan orang yang menyombongkan dirinya.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maa’idah: 3)

Saudara-saudaraku sekalian -semoga Allah mencurahkan hidayah dan taufik-Nya kepada kita untuk meniti jalan yang lurus dan tidak berpaling darinya- Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang Rasul setelah petunjuk terang benderang baginya dan dia malah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing di dalam kesesatan yang dipilihnya, dan Kami akan memasukkan dirinya ke dalam neraka jahannam. Dan sungguh jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’: 115)

Bagi kita ajaran atau Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari kehancuran dan mata air yang akan mengalirkan kesejukan iman.

Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhumengisahkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan Sunnah/ajaranku dan ajaran para khalifah yang berpetunjuk lagi lurus sesudahku, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham serta jauhilah perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam agama), sebab setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah pasti sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi menilai hadits ini hasan)

Oleh karena itu sudah semestinya kita -sebagai orang yang mengaku beriman- untuk mengembalikan segala bentuk perselisihan kepada Hakim yang paling bijaksana yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Kemudian apabila kalian berselisih dalam suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (as-Sunnah), hal itu pasti lebih baik bagi kalian dan lebih bagus hasilnya, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. An-Nisaa’: 59)

Mujahid dan para ulama salaf yang lainnya menafsirkan perintah kembali kepada Allah dan rasul yang terdapat dalam ayat ini dengan mengatakan yaitu kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ini merupakan perintah dari Allah ‘azza wa jalla yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan orang -dalam hal pokok agama maupun cabang-cabangnya- maka perselisihan itu harus diselesaikan dengan merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala (yang artinya), <span>“Apa saja perkara yang kalian perselisihkan maka keputusannya dikembalikan kepada Allah.” (QS. Asy-Syura: 10).</span>

<span>Maka apa pun yang telah diputuskan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah serta didukung oleh </span>

<span>dalil yang benar dari keduanya itulah kebenaran, “dan tiada lagi sesudah kebenaran melainkan kesesatan.” (lihatTafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 2 hal. 250).</span>

Di hadapan kita terdapat persoalan yang telah membuat lisan sebagian orang melontarkan tuduhan-tuduhan yang tak pantas kepada Ahlus Sunnah dan dakwahnya, bahkan saking getolnya memuja keyakinan sufi yang dianggapnya benar maka dia pun tidak segan melontarkan ucapan-ucapan aneh yang menunjukkan kerancuan aqidah yang tertancap di dalam dadanya.

Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Kita berasal dari Allah. Menyembah hanya untuk Allah, Hidup dan mati di dalam Allah. Karena kita bagian dari Allah.”

Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Allah ada di mana-mana. Tapi bukan berarti ada di mana-mana. Seluruh dunia ini terjadi [karena] Campur tangan Allah. Karena Allah tidak tidur. Di dalam diri kita ada Tuhan, manusia sendiri yang membuat HIJAB ( batasan) kepada Allah.”

Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Akan tetapi Dzat Tuhan dapat dijumpai dan menyatu dalam diri manusia. Karena sebegitu dekatnya…”

Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Seluruh Imam Madzhab pada Akhirnya kembali kepada Sufi. Kecuali Wahabi…” ?!

Baiklah, memang pahit di lidah dan panas di telinga, namun terpaksa kalimat-kalimat ini kami sebutkan di sini demi menerangkan kebenaran dan membantah kebatilan, semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk bersatu di atas kebenaran, Allahul musta’aan.

Sebagai jalan untuk memecahkan persoalan ini maka akan saya kutip ucapan indah dari orang yang sama yang telah mengucapkan kalimat-kalimat di atas.

Orang tersebut -semoga Allah menambahkan hidayah kepada-Nya- mengatakan dengan jujur dan tulus, “Maka sebaiknya kita tanya dulu kepada Orang yang lebih tahu daripada Kita, Karena di atas langit masih ada langit.”

Alangkah bagus ucapannya sebab bersesuaian dengan sebuah firman Allah yang mulia (yang artinya), “Maka bertanyalah kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui suatu perkara, dengan dasar keterangan dan kitab-kitab…” (QS.An-Nahl: 43-44).

Tentu saja tempat kita bertanya adalah para ulama yang mengikuti pemahaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. 

Insya Allah ucapan dan keterangan mereka akan kami sebutkan untuk menenangkan hati dan pikiran kita.

Sebelum lebih jauh menanggapi hal ini, dengan memohon taufik dari-Nya maka kami perlu kemukakan beberapa hal di sini agar duduk perkaranya menjadi jelas dan tidak terjadi kesalahpahaman.

Saudaraku sekalian -semoga Allah mengokohkan kita di atas kebenaran, bukan di atas kebatilan

- ajaran Sufi yang populer dan kata orang mengajarkan penyucian jiwa, pendekatan diri kepada Allah serta membuang jauh-jauh ketergantungan hati kepada dunia serta mengikatkan hati manusia hanya kepada Allah, kita telah akrab dengan istilah ini.

Meskipun demikian, sebagai muslim yang baik tentunya kita tidak akan berbicara dan bersikap kecuali dengan landasan dalil dari Allah ta’ala.

Allah berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, itu semua pasti dimintai pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Israa’: 36)


Saudaraku sekalian, sesungguhnya perkara penyucian jiwa, melembutkan hati dan pendekatan diri kepada Allah serta melepaskan ketergantungan hati kepada dunia dan mengikatkan hati manusia kepada Rabbnya merupakan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa kita ragukan barang sedikit pun.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),Sungguh Allah telah mengaruniakan nikmat bagi orang-orang yang beriman ketika mengutus rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al Hikmah (As-Sunnah) padahal sebelumnya mereka dulu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164).

Maka tugas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membacakan dan menerangkan ayat-ayat Allah, menyucikan jiwa manusia dari berbagai kotoran dosa dan kesyirikan, dan mengajarkan Al-Kitab dan As-Sunnah kepada mereka.

Oleh karena itulah apabila kita membuka kitab-kitab hadits akan kita jumpai di sana sebuah bab khusus yang menyebutkan riwayat-riwayat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajarkan penyucian jiwa dan melembutkan hati.

Contohnya di dalam Sahih Bukhari, Al-Bukhari rahimahullah menulis Kitab Ar-Riqaaq (hal-hal yang dapat melembutkan hati), di sana beliau membawakan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkait dengan hal ini sebanyak seratus hadits lebih, yaitu hadits no. 6412-6593 (lihat Sahih Bukhari cet. Maktabah Al-Iman, halaman. 1306-1332)

Demikian juga murid Al-Bukhari yaitu Muslim rahimahullah membuat Kitab Ar-Riqaaq, Kitab At-Taubah, Kitab Shifatul Munafiqin wa ahkamuhum, Kitab Shifatul qiyamah wal jannah wan naar, dan lain sebagainya hingga Kitab Az-Zuhd wa raqaa’iq yang mencantumkan dua ratus hadits lebih tentang penyucian jiwa dan hal-hal yang terkait dengannya di dalam Sahihnya (lihat Sahih Muslim yang dicetak bersama Syarah Nawawi, hal. 5-259)

 Demikian pula di antara para ulama ada yang menyusun kitab khusus tentangnya seperti Adz-Dzahabi yang menulis kitab Al-Kaba’ir tentang dosa-dosa besar. An-Nawawi yang menulis Riyadhush Shalihin yang mencakup berbagai pembahasan tentang penempaan diri dan penyucian jiwa. Shifatu Shafwah dan Al-Latha’if karya Ibnul Jauzi. Bahkan banyak kitab hadits yang dinamakan dengan kitab Az-Zuhd, seperti Az-Zuhd karya Abu Hatim Ar-Razi, Az-Zuhd karya Abu Dawud, Az-Zuhd karya Imam Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain, semoga Allah merahmati mereka semua.

Bukankah dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian riwayat-riwayat hadits sahih serta penjelasan ulama yang ada di dalam kitab-kitab tersebut kita dapat mempelajari bagaimanakah menyucikan jiwa, bagaimana mendekatkan diri kepada Allah dan bagaimana melepaskan ketergantungan hati kepada selain-Nya…

Inilah pelajaran-pelajaran akhlak dan penyucian jiwa yang disampaikan oleh para ulama kepada kita. Sehingga kalau yang dimaksud sufi adalah itu semua (penyucian jiwa dsb) maka akan kita katakan bahwa itulah yang diajarkan oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah alias manhaj salaf kepada umat manusia. Oleh sebab itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyahrahimahullah berkata mengenai salah satu sifat Ahlus Sunnah, “Mereka memerintahkan untuk sabar ketika tertimpa musibah, bersyukur ketika lapang, serta merasa ridha dengan ketetapan takdir yang terasa pahit. Mereka juga menyeru kepada kemuliaan akhlak dan amal-amal yang baik, mereka meyakini makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam‘Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya.’…” (Aqidah Wasithiyah, hal. 87). 

Kalau ajaran menyucikan diri dan menggantungkan hati hanya kepada Allah -sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi dan para sahabat- disebut sufi maka saksikanlah bahwa saya adalah seorang sufi!

PERLU DIPERHATIKAN:

Namun, ketahuilah saudaraku -semoga Allah merahmatimu- kalau kita cermati lebih jauh ajaran sufi atau tasawuf dan berbagai macam tarekat yang dinisbatkan ke dalamnya beserta tetek bengek ajaran dan lontaran-lontaran aneh yang mereka angkat, niscaya akan teranglah bagi kita bahwa sebenarnya ajaran Sufi yang berkembang hingga hari ini -di dunia secara umum ataupun dinegeri kita secara khusus- telah banyak menyeleweng dari rambu-rambu Al-Kitab dan As-Sunnah.

Sebagaimana pernah disinggung oleh Buya HAMKA rahimahullah di dalam pidatonya dalam acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar di Mesir pada tanggal 21 Januari 1958 -lima puluh tahun yang silam-, beliau mengatakan, “Daripada gambaran yang saya kemukakan selayang pandang itu, dapatlah kita memahamkan bagaimana sangat perlunya pembersihan aqidah daripada syirik dan bid’ah dan ajaran tasawuf yang salah, yang telah menimpa negeri kami sejak beberapa zaman, dan perlunya kepada kemerdekaan pikiran dan memperbaharui paham tentang ajaran Islam sejati.” (Sejarah Perkembangan Pemurnian Ajaran Islam di Indonesia, penerbit Tintamas Djakarta, hal. 6-7)

Inilah ucapan yang adil dan bijak dari orang besar seperti beliau. Berikut ini akan kami kutip penjelasan yang diberikan oleh Bapak Hartono Ahmad Jaiz -semoga Allah membalas kebaikannya- yang telah memaparkan mengenai sejarah ajaran sufi ini di dalam bukunya ‘Tasawuf Belitan Iblis’.

Beliau mengatakan: “Abdur Rahman Abdul Khaliq, dalam bukunya Al-Fikrus Shufi fi Dhauil Kitab was Sunnah menegaskan, tidak diketahui secara tepat siapa yang pertama kali menjadi sufi di kalangan ummat Islam.

Imam Syafi’i ketika memasuki kota Mesir mengatakan, “Kami tinggalkan kota Baghdad sementara di sana kaum zindiq (aliran yang menyeleweng, aliran yang tidak percaya kepada Tuhan, berasal dari Persia, orang yang menyelundup ke dalam Islam, berpura-pura –menurut Leksikon Islam, 2, hal 778) <span>telah mengadakan sesuatu yang baru yang mereka namakan assama’ (nyanyian).</span>
<span></span>
Kaum zindiq yang dimaksud Imam Syafi’i adalah orang-orang sufi. Dan assama’ yang dimaksudkan adalah nyanyian-nyanyian yang mereka dendangkan. Sebagaimana dimaklumi, Imam Syafi’i masuk Mesir tahun 199H.

Perkataan Imam Syafi’i ini mengisyaratkan bahwa masalah nyanyian merupakan masalah baru. Sedangkan kaum zindiq tampaknya sudah dikenal sebelum itu. Alasannya, Imam Syafi’i sering berbicara tentang mereka, di antaranya beliau mengatakan: “Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum zhuhur ia menjadi orang yang dungu.”

Dia (Imam Syafi’i) juga pernah berkata: “Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akal nya (masih bisa) kembali normal selamanya.” (Lihat Talbis Iblis, hal 371).

Sekian nukilan kami dari Tasawuf Belitan Iblis.

 dari keterangan di atas kita mengetahui bahwa Imam Syafi’i rahimahullah sendiri termasuk ulama yang mengecam kaum sufi dan ajaran tasawufnya yang menyimpang. Agar tidak terlalu berpanjang-lebar, maka baiklah untuk membuktikan penyimpangan mereka akan kita akan kutip kembali pendapat dan keyakinan mereka beserta komentar atas kerancuan yang ada di dalamnya, Allahlah pemberi petunjuk dan pertolongan kepada kita.

Pertama:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Kita berasal dari Allah. Menyembah hanya untuk Allah, Hidup dan mati di dalam Allah. Karena kita bagian dari Allah.”

Tanggapan:
Yang menjadi masalah di sini adalah ucapannya “(kita) Hidup dan mati di dalam Allah. Karena kita bagian dari Allah.”

Apakah maksud dari ucapan ini? Apakah artinya manusia adalah bagian dari Allah sebagaimana makna yang bisa secara langsung ditangkap dari ucapannya ataukah yang lainnya?

Kalau yang dimaksud adalah yang pertama, maka sangat jelas kebatilannya. Allah bukan hamba dan hamba bukan Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah, alias hamba dan bukan tuhan atau bagian dari tuhan!

Kalau ada orang yang meyakini demikian -dirinya adalah Allah- maka dia telah kafir.

Lantas kalau yang dimaksud adalah makna yang lain, kita akan bertanya apa maknanya? Kalau pun maksud yang mereka inginkan benar, maka kita katakan bahwa ucapan-ucapan semacam ini adalah ucapan yang tidak pada tempatnya bahkan bid’ah!

Adakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan demikian? Adakah para sahabat, imam yang empat mengajarkan demikian? Bacalah kitab-kitab tafsir dan hadits… Wajarlah apabila Imam Syafi’i rahimahullahmengatakan, “Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelumz dhuhur ia menjadi orang yang dungu.”

Cobalah kaum sufi itu berguru kepada Imam Syafi’i. Beliau rahimahullah mengatakan, “Aku beriman kepada Allah serta apa yang datang dari Allah sebagaimana yang diinginkan oleh Allah. Dan aku beriman kepada Rasulullah serta apa yang disampaikan oleh Rasulullah sebagaimana yang diinginkan oleh Rasulullah.” (lihat Lum’at Al-I’tiqad).

Apakah Allah atau Rasul-Nya mengajarkan kepada kita bahwa kita adalah bagian dari-Nya? Kita hidup dan mati di dalam diri-Nya? Allah Maha suci dari ucapan mereka.

Kedua:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Allah ada di mana-mana. Tapi bukan berarti ada di mana-mana. Seluruh dunia ini terjadi [karena] Campur tangan Allah. Karena Allah tidak tidur. Di dalam diri kita ada Tuhan, manusia sendiri yang membuat HIJAB ( batasan) kepada Allah.”

Tanggapan:
Aneh bin ajaib! Menurutnya Allah di mana-mana tapi tidak ada di mana-mana. Di dalam diri kita -katanya- ada Tuhan… [?]

Maha suci Allah… Ucapan semacam inilah yang membuat orang semakin bertambah dungu -

sebagaimana disinggung oleh Imam Syafi’i di atas-, adakah orang berakal yang mengucapkan perkataan seperti ini, “Allah ada di mana-mana tapi tidak ada di mana-mana” Allahu akbar! Apakah ada anak kecil yang mengatakan, “Saya laki-laki tapi bukan laki-laki” [?]
Padahal Allah ta’ala sendiri berfirman tentang diri-Nya (yang artinya), “Ar-Rahman menetap tinggi di atas Arsy.” (QS. Thaha: 5).

Bagaimanakah kita memahami ayat ini? Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Jalan yang selamat dalam hal ini adalah jalan ulama salaf yaitu memberlakukannya sebagaimana adanya di dalam Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa membagaimanakan, tanpa menyelewengkan, tanpa menolak, dan tanpa menyerupakan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 5 hal. 202).

Apakah ayat ini menunjukkan bahwa Allah membutuhkan Arsy sebagaimana sangkaan sebagian orang? Sama sekali tidak. Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah di dalam kitab Aqidah Thahawiyahnya, yang menjadi rujukan ulama dari keempat madzhab mengatakan, “Dan Dia (Allah) tidak membutuhkan Arsy dan apa pun yang berada di bawahnya, Allah meliputi segala sesuatu dan Dia berada di atasnya…” (dinukil dari Syarah Ibnu Abil ‘Izz dengan tahqiq Al-Albani, hal. 280)

Dikisahkan bahwa Abu Hanifah rahimahullah pernah ditanya mengenai orang yang mengatakan, “Aku tidak mengetahui apakah Rabbku di atas langit atau di bumi.”

Maka beliau menjawab bahwa orang yang mengucapkan itu telah kafir, sebab Allah telah berfirman (yang artinya), “Ar-Rahman menetap tinggi di atas Arsy.” (QS. Thaha: 5). Sedangkan Arsy-Nya berada di atas tujuh lapis langit-Nya.”

Kemudian ditanyakan lagi kepadanya bagaimana kalau dia mengatakan, “Allah berada di atas Arsy, tapi aku tidak tahu apakah Arsy itu di atas langit atau di bumi.”

Maka Abu Hanifah berkata, “Dia juga kafir. Sebab dia telah mengingkari Allah berada di atas langit. Barangsiapa yang mengingkari Allah berada di atas langit maka dia kafir.” (Syarh Ath-Thahawiyah, hal. 288).

(Akan tetapi dalam prakteknya sekarang tentunya kita tidak begitu saja mengatakan kafir apabila bertemu orang yang berkata seperti di atas, karena untuk mengafirkan masih ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi -ed)

Ketiga:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Akan tetapi Dzat Tuhan dapat dijumpai dan menyatu dalam diri manusia. Karena sebegitu dekatnya…”

Tanggapan:
Subhanallah, tidak henti-hentinya kaum sufi ini berdusta dan mempermainkan kata-kata semaunya.

Apakah Al-Qur’an dan As-Sunnah menyatakan bahwa Dzat Tuhan dapat dijumpai dan menyatu dalam diri manusia, karena sebegitu dekatnya? Sekali lagi inilah bukti bahwa orang-orang sufi telah meninggalkan ilmu dan terpedaya dengan akal mereka yang rusak.

Untuk menanggapi ucapan semacam ini cukuplah kami kutip fakta sejarah yang dibawakan oleh penulis buku Tasawuf Belitan Iblis berikut ini:
“Jika kita meneliti gerakan sufisme sejak awal perkembangannya hingga kemunculan secara terang-terangan, kita akan mengetahui  bahwa seluruh tokoh pemikiran sufi pada abad ketiga dan keempat Hijriyah berasal dari Parsi (kini namanya Iran, dulu pusat agama Majusi, kemusyrikan yang menyembah api, kemudian menjadi pusat Agama Syi’ah), tidak ada yang berasal dari Arab.
<span></span>
Sesungguhnya tasawuf mencapai puncaknya, dari segi aqidah dan hukum, pada akhir abad ketiga Hijriyah, yaitu tatakla Husain bin Manshur Al-Hallaj berani menyatakan keyakinannya di depan penguasa, yakni dia menyatakan bahwa Allah menyatu dengan dirinya, sehingga para ulama yang semasa dengannya menyatakan bahwa dia telah kafir dan harus dibunuh.

Pada tahun 309H/ 922M ekskusi (hukuman bunuh) terhadap Husain bin Manshur Al-Hallaj dilaksanakan. Meskipun demikian, sufisme tetap menyebar di negeri Parsi, bahkan kemudian berkembang di Irak.” (Sekian nukilan kami)
<span></span>
Kalau mereka mengatakan bahwa Allah bisa menyatu dalam diri mereka, lantas buat apa mereka beribadah, lantas untuk apa mereka menyembah, kalau semua orang mengaku dirinya adalah Allah maka siapakah yang akan disembah?

Maha suci Allah, ini adalah kedustaan yang sangat besar! Kemudian, kalau mereka maksudkan dengan ucapan-ucapan itu makna yang lain, maka akan kita katakan bahwa ucapan ini adalah bid’ah dan tidak dikenal oleh para ulama salaf.

Kalau ucapan-ucapan semacam ini dibiarkan maka syariat Islam akan berantakan. Ketika ada seorang lelaki yang berkata kepada orang tua mempelai perempuan, “Saya terima nikahnya Fulanah binti Fulan.” Kemudian setelah itu dia akan berkata kepada si mertua “Saya terima nikahnya tapi tidak menerima nikahnya.” Lah, bagaimana ini? Sejak kapan orang-orang itu menjadi kehilangan akalnya?

Keempat:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Seluruh Imam Madzhab pada Akhirnya kembali kepada Sufi. Kecuali Wahabi..”

Tanggapan:
Saudaraku, kalau memang ajaran sufi dengan berbagai macam aliran tarekatnya adalah benar dan para imam madzhab mengikutinya apa alasan kami untuk tidak mengikuti kalian? Namun yang menjadi masalah adalah ajaran-ajaran sufi telah jelas terbukti penyimpangannya.

Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, dan para ulama yang lain telah memaparkan kepada kita tentang kesesatan ajaran mereka.

Al-Qur’an dan As-Sunnah bagi orang sufi sekedar kata-kata yang bisa dipermainkan ke sana kemari.

Allah ta’ala mengatakan bahwa Allah itu esa (Qul Huwallahu Ahad). Sementara orang-orang sufi mengatakan Allah menyatu dalam diri hamba-hambaNya, padahal hamba Allah itu banyak.

Allah mengatakan bahwa diri-Nya tinggi berada di atas Arsy-Nya, sementara orang-orang sufi mengatakan Allah di mana-mana tapi juga tidak di mana-mana. 
<span></span>
Saudaraku, kami tidak bermaksud untuk mencaci maki siapa pun, kami hanya ingin saudara kami kembali ke jalan yang benar, itu saja.

Syaikh Ihsan Ilahi Zahir -rahimahullah- dalam kitabnya: Tashawwuf Al-Mansya’ Walmashdar(Tasawuf, Asal Muasal dan Sumber-Sumbernya) [halaman 28] berkata: “Jika kita amati ajaran-ajaran tasawuf dari generasi pertama hingga akhir serta ungkapan-ungkapan yang bersumber dari mereka dan yang terdapat dalam kitab-kitab tasawuf yang dulu hingga kini, maka akan kita dapatkan bahwa di sana terdapat perbedaan yang sangat jauh antara tasawuf dengan ajaran-ajaran al-Quran dan as-Sunnah, begitu juga kita tidak akan mendapatkan landasan dan dasarnya dalam sirah (sejarah) Rasulullah serta para sahabatnya yang mulia yang merupakan makhluk-makhluk pilihan Allah.

Bahkan sebaliknya kita dapatkan bahwa tasawuf diadopsi dari ajaran kependetaan kristen, kerahiban Hindu, ritual Yahudi dan kezuhudan Buda”

(sebagaimana dikutip oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzanhafizhahullah -salah seorang ulama besar Saudi Arabia- dalam bukunya Hakikat Tasawuf [terjemah], hal. 20)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Orang yang meniti jalan kefakiran, tasawuf, zuhud dan ibadah; apabila dia tidak berjalan dengan bekal ilmu yang sesuai dengan syariat maka akibat tanpa bimbingan ilmu itulah yang membuatnya tersesat di jalan, dan dia akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Sedangkan orang yang meniti jalan fikih, ilmu, pengkajian dan kalam; apabila dia tidak mengikuti aturan syariat dan tidak beramal dengan ilmunya, maka akibatnya akan menjerumuskan dia menjadi orang yang fajir (berdosa) dan tersesat di jalan. Inilah prinsip yang wajib dipegang oleh setiap muslim. Adapun sikap fanatik untuk membela suatu urusan apa saja tanpa landasan petunjuk dari Allah maka hal itu termasuk perbuatan kaum jahiliyah.” (Majmu’ Fatawa, juz 2 hal. 444. Asy-Syamilah)

dampak yang timbul akibat merebaknya ajaran sufi ini di masyarakat -khususnya di negeri kita ini- sebagaimana yang pernah kami saksikan sendiri bahkan kami dahulu termasuk di antara mereka

-dengan taufik dari Allahlah kami meninggalkannya dan menemukan manhaj salaf yang mulia ini-,

perhatikanlah dengan mata yang jernih dan pikiran yang tenang… bukankah tersebarnya pemujaan kubur-kubur wali dan orang-orang salih -yang notabene adalah syirik dan bid’ah- di negeri ini timbul karena dakwah dan ajaran sufi?

Cermatilah wahai saudaraku yang cerdas… betapa ramainya kubur para wali dikunjungi dan dijadikan tempat untuk mencari berkah, berdoa, beristighotsah dan bertawassul dengan orang-orang yang sudah mati.

Dimanakah gerangan itu terjadi?, apakah di pusat-pusat dakwah salafiyah -yang hakiki- ataukah di pusat-pusat dakwah salafiyah yang sebenarnya lebih layak untuk disebut sufi?

Padahal, kita semua mestinya sudah mengerti bahwa dosa kesyirikan adalah dosa yang tidak diampuni. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik itu bagi orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 48)

Sebagaimana pula kebid’ahan bukan semakin menambah pelakunya dekat dengan Allah, namun justru semakin dekat dengan syaitan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini salah satu lafazh Muslim).

Simaklah keterangan Ibnu Hajar dan An-Nawawi berikut ini… semoga hati kita menjadi semakin mantap mengikuti kebenaran…. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hadits ini tergolong pokok ajaran Islam dan salah satu kaidahnya. Makna dari hadits ini adalah; barangsiapa yang mereka-reka sesuatu dalam urusan agama yang tidak didukung dengan dalil di antara dalil-dalil agama yang ada maka hal itu tidak diakui.” (Fath Al-Bari, 5/341, lihat juga keterangan serupa oleh An-Nawawi dalam Syarh Muslim, 6/295).

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Di dalamnya terkandung bantahan bagi segala bentuk perkara yang baru (dalam agama), sama saja apakah yang menciptakan itu adalah pelakunya atau ada orang lain yang lebih dulu membuatnya.” (Syarh Muslim, 6/295).

Itulah ucapan yang adil dan bijak dari dua orang ulama besar penganut madzhab Syafi’i…
Sungguh bijak ucapan buya HAMKA rahimahullah yang mengatakan, “Daripada gambaran yang saya kemukakan selayang pandang itu, dapatlah kita memahamkan bagaimana sangat perlunya pembersihan aqidah dari syirik, bid’ah dan ajaran tasawuf yang salah, yang telah menimpa negeri kami sejak beberapa zaman, dan perlunya kepada kemerdekaan pikiran dan memperbaharui paham tentang ajaran Islam sejati.” (Sejarah Perkembangan Pemurnian Ajaran Islam di Indonesia, penerbit Tintamas Djakarta, hal. 6-7. Buku ini dapat didownload diperpustakaanislam.com).

***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Sedikit perubhan olh pemosting

Hakikat Qolbu dan Ruh

HAKIKAT QOLBU DAN RUH
H. M. Shoffar Mawardi
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing & menolong kita agar dapat senantiasa
menjadi insan yang berakal. Yang mampu mengendalikan dan mengarahkan dorongan hawa
nafsu serta gejolak syahwat yang ada pada diri kita sesuai dengan hukum-hukum syara’ yang
ditetapkan oleh Allah SWT, sehingga dengan izin & pertolongan-Nya kita dapat meningkatkan
lagi derajat ruh kita menjadi “Qolbu” dan “Ruh”.
Qolbu
Ketika nafsu sudah reda dari perbuatan-perbuatan maksiat-maksiatnya & mulai tenang
karenanya, namun terkadang masih berubah-ubah diantara sadar & lalai, atau antara ingat &
lupa antara dorongan taat & maksiat, maka ia dinamakan “Qolbu”.
Orang yang ruhnya sudah sampai derajat qolbu maka ia sudah dapat meninggalkan
perbuatan-perbuatan maksiat & dosa dengan ringan & tenang, karena dorongan-dorongan hawa
nafsu untuk berbuat maksiat & dosa sudah mulai reda dari dirinya. Bahkan ia merasa malu
kepada Allah jika muncul keinginan berbuat maksiat, serta gelisah hatinya jika berbuat khilaf.
Rosulullah SAW bersabda : “Ketika kamu tidak merasa malu, maka berbuatlah apa saja yang
kamu kehendaki” (HR. Bukhari & Muslim). Ini menunjukkan bahwa jika ruh sudah sampai derajat
qolbu, maka akan tumbuhlah rasa malu kepada Allah yang akan menjadi benteng yang sangat
kokoh dari keterjerumusan kepada perbuatan nista & dosa.
Ibadah bagi orang yang berderajat qolbu sudah terasa indah & nikmat. Sholat & dzikirnya
khusyu’, do’a & munajatnya sungguh-sungguh, amalnya ikhlas, pembicaraanya bermakna &
akhlaknya mulia.
Seorang mukmin yang derajat ruhnya sudah naik ke derajat qolbu maka hatinya sudah
mulai dimasuki “Nurullah” atau “Cahaya-cahaya Allah”, hidayah & ilmu karunia-Nya meresap &
bercahaya di dalam qolbunya, sehingga ia dapat dijadikan tempat bertanya & meminta fatwa.
Rasulullah SAW bersabda :”Mintalah fatwa kepada qolbumu. Kebaikan itu adalah yang
menentramkan nafsu & qobu, sedangkan dosa adalah yang menggelisahkan nafsu &
meresahkan qolbu” (HR. Ahmad).
Mukmin yang ruhnya sudah sampai derajat qolbu, maka keimanannya kepada Allah &
Rosul-Nya begitu suci, kokoh & mendalam, mendahului akal & pikirannya. Satu ayat Allah yang
ia dengar atau baca akan langsung bersinar & mencahayai dirinya, mencahayai orang yang di
sisinya, mendorong amal & membangkitkan semangat berjuang di jalan-Nya. Bahkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang telah ia baca walaupun akalnya belum sampai pemahamannya atau bukti belum
ditemukannya, jika itu adalah berita atau janji dari Allah, ia akan mengimani & meyakininya.
Para sahabat Rasulullah SAW adalah gambaran pribadi-pribadi berderajat qolbu ini.
Sesaat setelah masuk Islam, satu ayat Al-Qur’an yang ia dengar atau baca, kemudian satu
taushiah Rasulullah yang ia terima akan merubah kepribadiannya, membangkitkan amalnya &
mengobarkan semangat jihadnya.
Tidak sedikit sahabat Rasulullah SAW yang telah menjadi “Pahalawan Islam” yang luar
biasa jasanya dalam dakwah Islam walaupun belum sempat khatam Al-Qur’an, karena beliau
syahid di medan jihad sebelum Al-Qur’ an selesai diturunkan. Diantara sahabat tersebut adalah
Mush’ab Bin Umair, Hamzah Bin Abdul Muthalib, Zaid Bin Haritsah, Abdullah Bin Rawahah &
Ja’far Bin Abi Thalib. Allah SWT berfirman :“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang apabila disebut asma Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayatayat-
Nya, maka bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.8. Al-Anfaal : 2).
“Ruh” yang sudah sampai derajat “Qolbu” senantiasa “Tawajjuh”, menghadap Allah SWT
baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring. Hamba-hamba Allah yang berqolbu bersih
atau selamatlah yang akan beruntung & mulia di saat menghadap Allah di akhirat kelak. Allah
SWT berfirman :”Pada hari yang tiada gunanya harta benda & anak-anak, kecuali orang-orang
yang menghadap Allah dengan qolbu yang selamat” (QS.26. As-Syu’araa’ : 88-89).
Ruh
Ketika qolbu sudah disinari cahaya-cahaya “Tawajjuh”, terus-menerus cahaya tawajjuh
itu datang ke dalamnya, kemudian ia merasa tenang menghadap Allah & tuma’ninah di dalam
dzikir kepada-Nya, maka ia dinamakan “Ruh”. Ruh yang telah sempurna sebagai ruh.
Ruh akan senantiasa merindukan saat-saat “Tawajjuh”, yaitu saat-saat menghadap &
mendekat kepada Allah. Ia akan merasakan ketenangan yang tidak terkira di saat dzikir, ibadah
& aktifitas amal-amal sholih lainnya. Di dalam sholat ia sangat menikmati & hanyut dalam khusyu’
saat menggetarkan kalimat “Inni Wajjahtu Wajhiya Lilladzi Fathorossamaawaati wal ardho …”
yang artinya “Sesungguhny aku menghadapkan wajahku (beserta seluruh jiwa ragaku) ke Hadirat
Dzat Yang Menciptakan langit dan bumi …..”. Tawajjuh yang sungguh-sungguh ini disambut oleh
Allah yang kemudian memancarkan ke dalam dirinya cahaya-cahaya “Muwajahah”, yaitu cahaya
menghadap-Nya Allah untuk menerima tawajjuh-nya ruh seorang hamba. Jadi “Ruh” adalah
permulaan tempat bersinarnya cahaya-cahaya “Muwajahah”.
Jika Allah sudah memancarkan cahaya “Muwajahah” ke dalam ruh seorang hamba-Nya,
maka mulailah tersingkap hijab dari dirinya & terbukalah pintu untuk masuk ke Hadirat Allah, Dzat
Yang Paling Dicintai oleh seorang hamba.
Orang yang sudah sampai derajat “Ruh” ini, terkadang mulai muncul dalam
kehidupannya “Khoriqul ‘Adat”, yaitu hal-hal yang diluar kebiasaan kebanyakan orang, baik
yang berupa “Ma’unah” atau “Karomah”. Ma’unah adalah pertolongan Allah yang diberikan
kepada orang-orang mu’min yang taat & istiqomah, sedangkan “Karomah” adalah pertolongan &
penghormatan dari Allah kepada para “Waliyullah”. Waliyullah ialah orang-orang yang sangat
dicintai dan disayangi oleh Allah SWT. Ia dikaruniai oleh Allah kesanggupan sholat, dzikir, baca
Al-Qur,an, puasa & ibadah-ibadah lain lainnya yang luar biasa. Do’anya mustajab sehingga dapat
menjadi jalan pertolongan Allah bagi sesamanya. Kekuatan pendengaran, pandangan & tenaga
jasadnya dapat menjadi luar biasa. Bahkan, ia terkadang diberi karunia oleh Allah SWT dapat
mengetahui sesuatu yang tersembunyi atau belum terjadi.
Rosulullah SAW bersabda, bahwa Allah SWT berfirman (dalam Hadits Qudsy):”Tidaklah
seorang hamba taqurrub (mendekat) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada
dengan segala sesuatu yang Aku wajibkan atasnya. Dan terus-menerus hamba-Ku taqorrub
kepadap-Ku dengan amal-amal sunnah sehingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintai-
Nya, maka Aku menjadi pendengaran-Nya yang dengannya ia mendengar, menjadi matanya
yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memukul & menjadi kakinya
yang dengannya ia berjalan. Dan sungguh, jika ia memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku akan
memberikannya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan
melindunginya” (HR. Buhkhari).
Semoga Allah SWT membersihkan ruh kita dan memberikannya derajat yang tinggi di
sisi-Nya. Wallaahu A’lam Bisshowaab.

74 wasiat untuk pemuda

Segala puji bagi Allah yang berfirman: “Dan sungguh Kami telah memerintahkan orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (An-Nisa’: 131)
Serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad yang bersabda:
“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah , serta agar kalian mendengar dan patuh.”
Dan takwa kepada Allah adalah mentaati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Wa ba’du:

Berikut ini adalah wasiat islami yang berharga dalam berbagai aspek seperti ibadah, muamalah, akhlak, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiat ini sebagai peringatan kepada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat mencari apa yang bermanfaat baginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan hal ini bermanfaat bagi orang yang membacanya ataupun mendengarkannya. Dan agar memberikan pahala yang menyebarkannya ataupun yang mengamalkannya. Cukuplah bagi kita Allah sebaik-baik tempat bergantung.

1. Ikhlaskanlah niat kepada Allah dan hati-hatilah dari riya’ baik dalam perkataan ataupun perbuatan.
2. Ikutilah sunnah Nabi dalam semua perkataan, perbuatan, dan akhlak.
3. Bertaqwalah kepada Allah dan ber’azamlah untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
4. Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuha dan perbanyaklah istighfar.
5. Ingatlah bahwa Allah senatiasa mengawasi gerak-gerikmu. Dan ketahuilah bahwa Allah melihatmu, mendengarmu dan mengetahui apa yang terbersit di hatimu.
6. Berimanlah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir serta qadar yang baik ataupun yang buruk.
7. Janganlah engkau taqlid (mengekor) kepada orang lain dengan buta (tanpa memilih dan memilah mana yang baik dan yang buruk serta mana yang sesuai dengan sunnah/syari’at dan mana yang tidak). Dan janganlah engkau termasuk orang yang tidak punya pendirian.
8. Jadilah engkau sebagai orang pertama dalam mengamalkan kebaikan karena engkau akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti/mencontohmu dalam mengamalkannya.
9. Peganglah kitab Riyadlush Shalihin, bacalah olehmu dan bacakan pula kepada keluargamu, demikian juga kitab Zaadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim.
10. Jagalah selalu wudlu’mu dan perbaharuilah. Dan jadilah engkau senantiasa dalam keadaan suci dari hadats dan najis.
11. Jagalah selalu shalat di awal waktu dan berjamaah di masjid terlebih lagi sahalat ‘Isya dan Fajr (shubuh).
12. Janganlah memakan makanan yang mempunyai bau yang tidak enak seperti bawang putih dan bawang merah. Dan janganlah merokok agar tidak membahayakan dirimu dan kaum muslimin.
13. Jagalah selalu shalat berjamaah agar engkau mendapat kemenangan dengan pahala yang ada pada shalat berjamaah tersebut.
14. Tunaikanlah zakat yang telah diwajibkan dan janganlah engkau bakhil kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
15. Bersegeralah berangkat untuk shalat Jumat dan janganlah berlambat-lambat sampai setelah adzan kedua karena engkau akan berdosa.
16. Puasalah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar Allah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu ataupun yang akan datang.
17. Hati-hatilah dari berbuka di siang hari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar’i sebab engkau akan berdosa karenanya.
18. Tegakkanlah shalat malam (tarawih) di bulan Ramadhan terlebih-lebih pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar engkau mendapatkan ampunan atas dosa-dosamu yang telah lalu.
19. Bersegeralah untuk haji dan umrah ke Baitullah Al-Haram jika engkau termasuk orang yang mampu dan janganlah menunda-nunda.
20. Bacalah Al-Qur’an dengan mentadaburi maknanya. Laksanakanlah perintahnya dan jauhi larangannya agar Al-Qur’an itu menjadi hujjah bagimu di sisi rabmu dan menjadi penolongmu di hari qiyamat.
21. Senantiasalah memperbanyak dzikir kepada Allah baik perlahan-lahan ataupun dikeraskan, apakah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring. Dan hati-hatilah engkau dari kelalaian.
22. Hadirilah majelis-majelis dzikir karena majelis dzikir termasuk taman surga.
23. Tundukkan pandanganmu dari aurat dan hal-hal yang diharamkan dan hati-hatilah engkau dari mengumbar pandangan, karena pandangan itu merupakan anak panah beracun dari anak panah Iblis.
24. Janganlah engkau panjangkan pakaianmu melebihi mata kaki dan janganlah engkau berjalan dengan kesombongan/keangkuhan.
25. Janganlah engkau memakai pakaian sutra dan emas karena keduanya diharamkan bagi laki-laki.
26. Janganlah engkau menyeruapai wanita dan janganlah engkau biarkan wanita-wanitamu menyerupai laki-laki.
27. Biarkanlah janggutmu karena Rasulullah: “Cukurlah kumis dan panjangkanlah janggut.” (HR. Bukhari Dan Muslim)
28. Janganlah engkau makan kecuali yang halal dan janganlah engkau minum kecuali yang halal agar doamu diijabah.
29. Ucapkanlah bismillah ketika engkau hendak makan dan minum dan ucapkanlah alhamdulillah apabila engkau telah selesai.
30. Makanlah dengan tangan kanan, minumlah dengan tangan kanan, ambillah dengan tangan kanan dan berilah dengan tangan kanan.
31. Hati-hatilah dari berbuat kezhaliman karena kezhaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.
32. Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang mukmin dan janganlah dia memakan makananmu kecuali engkau dalam keadaan bertaqwa (dengan ridla dan memilihkan makanan yang halal untuknya).
33. Hati-hatilah dari suap-menyuap (kolusi), baik itu memberi suap, menerima suap ataupun perantaranya, karena pelakunya terlaknat.
34. Janganlah engkau mencari keridlaan manusia dengan kemurkaan Allah karena Allah akan murka kepadamu.
35. Ta’atilah pemerintah dalam semua perintah yang sesuai dengan syari’at dan doakanlah kebaikan untuk mereka.
36. Hati-hatilah dari bersaksi palsu dan menyembunyikan persaksian.
“Barangsiapa yang menyembunyikan persaksiannya maka hatinya berdosa. Dan Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Baqarah: 283)
37. “Dan ber amar ma’ruf nahi munkarlah serta shabarlah dengan apa yang menimpamu.” (Luqman: 17)
Ma’ruf adalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya , dan munkar adalah apa-apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.
38. Tinggalkanlah semua hal yang diharamkan baik yang kecil ataupun yang besar dan janganlah engkau bermaksiat kepada Allah dan janganlah membantu seorangpun dalam bermaksiat kepada-Nya.
39. Janganlah engkau dekati zina. Allah berfirman: “Janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah kekejian dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra’:32)
40. Wajib bagimu berbakti kepada orang tua dan hati-hatilah dari mendurhakainya.
41. Wajib bagimu untuk silaturahim dan hati-hatilah dari memutuskan hubungan silaturahim.
42. Berbuat baiklah kepada tetanggamu dan janganlah menyakitinya. Dan apabila dia menyakitimu maka bersabarlah.
43. Perbanyaklah mengunjungi orang-orang shalih dan saudaramu di jalan Allah.
44. Cintalah karena Allah dan bencilah juga karena Allah karena hal itu merupakan tali keimanan yang paling kuat.
45. Wajib bagimu untuk duduk bermajelis dengan orang shalih dan hati-hatilah dari bermajelis dengan orang-orang yang jelek.
46. Bersegeralah untuk memenuhi hajat (kebutuhan) kaum muslimin dan buatlah mereka bahagia.
47. Berhiaslah dengan kelemahlembutan, sabar dan teliti. Hatilah-hatilah dari sifat keras, kasar dan tergesa-gesa.
48. Janganlah memotong pembicaraan orang lain dan jadilah engkau pendengar yang baik.
49. Sebarkanlah salam kepada orang yang engkau kenal ataupun tidak engkau kenal.
50. Ucapkanlah salam yang disunahkan yaitu assalamualaikum dan tidak cukup hanya dengan isyarat telapak tangan atau kepala saja.
51. Janganlah mencela seorangpun dan mensifatinya dengan kejelekan.
52. Janganlah melaknat seorangpun termasuk hewan dan benda mati.
53. Hati-hatilah dari menuduh dan mencoreng kehormatan oarng lain karena hal itu termasuk dosa yang paling besar.
54. Hati-hatilah dari namimah (mengadu domba), yakni menyampaikan perkataan di antara manusia dengan maksud agar terjadi kerusakan di antara mereka.
55. Hati-hatilah dari ghibah, yakni engkau menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang dia benci jika mengetahuinya.
56. Janganlah engkau mengagetkan, menakuti dan menyakiti sesama muslim.
57. Wajib bagimu melakukan ishlah (perdamaian) di antara manusia karena hal itu merupakan amalan yang paling utama.
58. Katakanlah hal-hal yang baik, jika tidak maka diamlah.
59. Jadilah engkau orang yang jujur dan janganlah berdusta karena dusta akan mengantarkan kepada dosa dan dosa mengantarakan kepada neraka.
60. Janganlah engkau bermuka dua. Datang kepada sekelompok dengan satu wajah dan kepada kelompok lain dengan wajah yang lain.
61. Janganlah bersumpah dengan selain Allah dan janganlah banyak bersumpah meskipun engkau benar.
62. Janganlah menghina orang lain karena tidak ada keutamaan atas seorangpun kecuali dengan taqwa.
63. Janganlah mendatang dukun, ahli nujum serta tukang sihir dan jangan membenarkan (perkataan) mereka.
64. Janganlah menggambar gambar manuasia dan binatang. Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah tukang gambar.
65. Janganlah menyimpan gambar makhluk yang bernyawa di rumahmu karena akan menghalangi malaikat untuk masuk ke rumahmu.
66. Tasymitkanlah orang yang bersin dengan membaca: yarhamukallah apabila dia mengucapkan: alhamdulillah
67. Jauhilah bersiul dan tepuk tangan.
68. Bersegeralah untuk bertaubat dari segala dosa dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan karena kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan hati-hatilah dari menunda-nunda.
69. Berharaplah selalu akan ampunan Allah serta rahmat-Nya dan berbaik sangkalah kepada Allah .
70. Takutlah kepada adzab Allah dan janganlah merasa aman darinya.
71. Bersabarlah dari segala mushibah yang menimpa dan bersyukurlah dengan segala kenikamatan yang ada.
72. Perbanyaklah melakukan amal shalih yang pahalanya terus mengalir meskipun engkau telah mati, seperti membangun masjid dan menyebarakan ilmu.
73. Mohonlah surga kepada Allah dan berlindunglah dari nereka.
74. Perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah.
Shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya sampai hari kiamat juga kepada keluarganya dan seluruh shahabatnya.

Tadi adalah 74 wasiat untuk para pemuda...semoga kawan – kawan sekalian..bisa mengamalkanya......Amin...Yarobal’Alamin

(Diterjemahkan dari buletin berjudul 75 Washiyyah li Asy-Syabab terbitan Daarul Qashim Riyadl-KSA oleh Abu Abdurrahman Umar Munawwir)