twitter

Kamu. Seperti dalam mimpiku kah?

Malam ini, Mr. Ngantukku hadir lebih awal.
Ku terlelap amat sangat cepat.
Walau senandung para katak menyesaki telingaku.
Tuhan meniupkan mimpi yang tak indah untukku.
Meresap melalui ubun-ubun.
Mengalir secepat aliran darah.
Merasuk dalam jiwaku.
Lalu mengaramkanku.

Di mimpiku.
Hadirlah kamu, kawan.
Tokoh antagonis kau pilih dalam drama mimpiku.

"Kenapa?"

Mungkin hanya Tuhan yang tahu.

Hatiku menolak drama yang tampil di theaternya.
Sang otak memerintahkan tuk tersadar padaku, keluar dari dunia mimpi.
Sontak mataku terbelalak.
Nafasku sedikit tersengal.

Hanya mimpi buruk.
Ya, itu tadi hanya mimpi buruk.
Mimpi buruk bersamamu, kawan.

Sesaat kemudian, ponselku berdering.
Pesan singkat ku terima seorang teman, menanyakan sesuatu hal yang tak penting sama sekali.
Mataku langsung tertuju pada penunjuk waktu.
Masih terlalu dini tuk bangun dari tidur malam.
Masih kurang dari pukul 12 malam, kawan.

Sejurus kemudian, ku balas pesan singkatnya.
Dan ku resend padamu, kawan.

Dia merespon pesan singkatku dengan bumbu senda gurau, seperti biasa.
Tapi kamu.
Kalimatmu mungkin gurauan bagimu, tapi tidak bagiku.
Katamu memang tak setajam samurai.
Katamu memang tak sekeras batu.
Namun katamu dapat melukaiku, kawan.

Mr. Ngantuk kini telah menjauh dariku.
Ia lelah menungguiku menulis di malam ini.
Aku berkawankan temaram lampu dalam kegelapan.
Masih menerka, "Apakah kamu seantagonis peranmu dalam mimpiku, kawan?"

Detik mengalun begitu lambat.
Mengiringi dendangan katak dalam histeria.
Gundah karenamu mulai luntur dihisap angin malam.
Temaram lampu mulai redup, seredup bola mataku yang tak indah.
Dan. . . selamat tidur, kawan.



23:59
08/03/11

0 komentar:

Posting Komentar