twitter

Mimpiku. Harapan yang tak berujung

Harapan.

Apa yang ada dalam benak kalian tentang harapan, kawan?
Ya. Sebuah ketidakpastian.
Harapan mempunyai nilai probabilitas 0,5.
Bisa terjadi pada suatu saat dan bisa saja tidak terjadi sama sekali.

Jika kalian berpikir, “Kenapa kamu berbicara tentang harapan?”

Aku akan menjawab.
Karena aku sedang selalu ada di dalam naungannya.

Aku akan bercerita sedikit mengenai hari ini dalam hidupku, kawan.

Pagi tadi, saya terbangun dari tidur seperti biasa.
Tapi yang tidak biasa adalah sesaat sebelum bangun dari tidur itu, kawan.
Aku bermimpi!

“Hah? Mimpi? Itu hal biasa kan? Semua orang juga mengalaminya, bukan?”

Ya. Semua orang juga pasti pernah bermimpi.
Perlu kalian tahu.
Mimpi ini cukup membuatku tersenyum walau sejenak.
Dan hal ini yang mengawali hari-ku dengan harapan.
Harapan yang berprobabilitas 0,5 itu, kawan.
Nah, maka dari itu aku berbicara tentang harapan.

Kalian ingin tahu mimpiku, kawan?
Apa?
Tidak?
Yaaaahhh………  :(

Iya saja sih, kawan…
Ayolah…
Apa?
Iya?
Hoorreeee……… :)

Baiklah karena kalian memaksaku untuk meceritakannya. Aku akan menceritakannya, kawan.

Mimpiku.
Yang mempunyai penuh harapan itu berkisah tentang aku dan dia.
Dia adalah sahabatku.
Ya. Setidaknya itu anggapanku kepada dia.
Aku tak tahu, dia anggap apa aku ini.
Apakah sama sepertiku, “Sahabat”?
Atau hanya “Teman”?
Haah…. Entahlah…

Kembali lagi ke mimpiku.

Disana… aku.. yang sedang membaca sebuah pesan singkat, tersenyum.
Bahagia teramat sangat.
Pesan singkat yang berisi kalimat permohonan maaf.

Ya. Permohonan maaf dari dia.
Tapi bukan isinya yang penting bagiku, melainkan pengirimnya. Tentu saja.

Tapi masih saja menyebalkan.
“Kenapa?”

Pesan singkat.
Arti dari pesan singkat itu tentu saja pesan yang dipadatkan, tanpa bertele-tele kan, kawan?
Nah, ini…
Pesan itu sungguh amat sangat terlalu panjang sekali, kawan.

Bila kalian bertanya kepadaku, “Bisa tolong tuliskan isi pesan itu!”

Aku angkat tangan.
Mengibarkan bendera putih.

“Kenapa?”

Karena selain pesan itu sungguh amat sangat terlalu panjang sekali, itu semua juga hanya dalam mimpi, kawan.
Sebuah bunga tidur.
Mana mungkin aku bias mengingat semuanya dengan jelas.
Kurasa semua orang juga tidak akan mungkin bisa mengingat semua isi mimpi mereka.

“Sudah kan isi mimpinya?”

Ya. Sudah, kawan.
Karena hanya itu yang ingin aku ceritakan pada kalian tentang mimpiku.
Mimpiku, awal harapanku hari ini.
Harapan yang masih belum terwujud.

Kawan.
Seperti biasa sekitar pukul 08.00 – 10.00 WIB aku menyebarkan pesan singkat yang berisi kalimat-kalimat yang menurutku adalah kalimat motivasi.
Entahlah menurut orang lain.
Aku mengirimkannya ke semua teman-temanku sekelas saat ini dan teman tingkat 12 dulu.

Saya tidak akan membahas isi pesan itu. Karena kurasa kalian juga tidak mau tahu itu, bukan?
Kalian tahu, kawan?
Tidak ada respon dari dia.
Ya. Dia yang tadi ada dalam mimpiku.
Entah mengapa, mungkin dia sibuk dengan karya-karyanya.
Biasanya dia selalu membalasnya, kawan.

Aku menelan kepahitan akan mimpiku. Justru dari mimpi yang manis,

Bila kalian berpikiran, “Seberapa penting sih dia bagi kamu? Sehingga kamu bisa jadi seperti itu?”

Sahabat.
Bagiku. Sahabat amat sangatlah penting.
Tapi tidak lebih penting dari orang tua dan keluarga. Tentu tidak lebih penting juga dari diri sendiri.

Entah mengapa, aku merasa dia begitu dekat.

Kawan, sampai detik ini.
Detik di saat aku menulis untaian kalimat-kalimatyang keluar dari rongga jiwaku.
Mengalir melalui darah.
Memerintahkan para otot.
Lalu menarilah jari-jariku di atas kertas A4 lusuh ini.
Tinta hitam itu menorehkan isi hatiku.
Isi hati seorang yang masih mempunyai harapan.
Harapan yang mungkin tidak lagi berprobabilitas 0,5, mungkin berkurang banyak.

Tahukah kalian, kawan?
Setiap kali telepon genggamku berdering, entah itu pesan singkat ataupun telepon.
Saat itu asaku melambung, menari bersama peri. Diiringi nyanyian First – Snowy wish ataupun Super Junior – Angel.
Ku berharap itu dia.

Heft.
Tapi kawan, semua sirna, lenyap, saat yang muncul bukan namanya.

Mungkin kalian berpikir, “kamu terlalu mendramatisir harimu!”

Apapun anggapan kalian.
Pikiran apapun yang terlintas dalam benak kalian tentangku.

Itu memang hariku!
Itu kisahku!
Itu perasaanku!

Untuk mengakhiri catatan kecilku ini, yang mungkin tak mempunyai nilai bagi kalian.
Aku hanya ingin mengatakan pada kalian.

“Aku masih berharap mimpiku menjadi kenyataan.”


22:19
16/02/2011

0 komentar:

Posting Komentar